Begitu banyak tipe guru dalam mengajar di ruang kelas, ada guru yang tegas, disiplin, sering bercanda atau bahkan yang jarang masuk kelas. Dilihat secara empiris, seorang guru yang baik ialah guru yang dapat mengerti kebutuhan siswanya. Metode mengajar yang konservatif, seperti guru menulis di papan tulis dan murid mencatat segala yang ditulis oleh guru merupakan metode mengajar yang sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan siswa.
Penulis teringat sebuah film yang sangat menginspirasi yaitu “Sang Pemimpi” di mana film ini menceritakan sosok guru yang selalu memberi inspirasi dalam setiap pembelajarannya. Hemat penulis, kisah dari film juga berlaku di kehidupan sehari-hari. William Arthur Ward mengatakan, guru yang biasa-biasa berbicara, guru yang pintar menerangkan, guru yang hebat mendemonstrasikan dan guru yang agung memberi inspirasi.
Guru yang dapat memberikan inspirasi dalam setiap pembelajarannya tidak hanya dilakukan dengan memberi kata-kata motivasi, baik diawal pembelajaran maupun di akhir pembelajaran. Sosok guru harus hadir, bukan hanya diruang kelas akan tetapi sosoknya harus hadir juga di luar ruang kelas. Pada hakikatnya murid sangat membutuhkan sosok yang dapat membimbingnya untuk menggapai masa depan yang baik.
Pengalaman penulis, sangat jarang mendapatkan sosok guru yang memperhatikan siswa bila di luar kelas apa lagi ketika siswa sudah lulus sekolah. Guru masih berfokus pada penyampaian materi pembelajaran saja yang bersifat kognitif semata, guru seringkali melupakan bahwa tanggung jawab mencerdaskan siswa bukan hanya dilihat dari segi kognitif semata, akan tetapi juga pada segi afektif dan psikomotor.
Kesimpulan yang dapat kita ambil, bahwa seorang guru yang menginspirasi harus melihat kebutuhan siswa. Tentu saja, kebutuhan siswa di daerah perkotaan dengan siswa didaerah pedesaan sangatlah berbeda, dalam hal ini guru harus dapat mengidentifikasi kebutuhan siswa.
Pandangan yang umum kita lihat antara siswa di daerah perkotaan dan pedesaan yaitu, siswa di pedesaan masih berkutat pada bagaimana ia bekerja setelah lulus sekolah dan sedikit di antara mereka yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Banyak aspek yang membuat mereka tidak ingin untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, di antaranya faktor biaya, keluarga, akses informasi yang kurang dan lingkungan yang kurang mendukung.